Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin | goody bag seminar
Suka atau tidak, kata Edi, ketergantungan terhadap plastik di Indonesia, cukup tinggi. Sebanyak 80% industri makanan minuman menggunakan kemasan plastik, dikarenakan faktor keamanannya dan effisiensi. Selain itu, kenggunggulan kualitas kemasan plastik yang aman, kuat dan tahan air dan udara, sangat diandalkan.Selain itu, lanjut Edi, plastik memiliki keistimewaan yakni mudah didaur ulang. Semisal, thermoplastic mudah dilelehkan kembali menjadi bentuk semula, dipakai ulang, bahkan dapat diolah menjadi menjadi sumber energi yang berguna.Hanya saja, papar Edi, konsumsi plastik di Indonesia masih tergolong rendah bisa disandingkan dengan negara lain. Berdasarkan data Inaplas, konsumsi plastik di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lainnya.
Indonesia, papar Edi, berpenduduk sekitar 250 juta jiwa, konsumsi plastiknya hanya 17 kg/kapita/tahun. Jaduh di bawah Malaysia yang penduduknya 29 juta jiwa, konsumsi plastiknya 35 kg/kapita/tahun. Atau Thailand berpenduduk 67 juta jiwa, konsumsi plastiknya 40 kg/kapita/tahun, dan Eropa berpenduduk 191 juta jiwa dengan konsumsi plastik 100 kg/kapita/tahun."Hingga saat ini, plastik sebagai kemasan juga belum memiliki alternatif pengganti, baik dinilai secara ekonomis maupun aspek teknis dan lingkungan," papar Edi.Masih kata Edi, hasil penelitian atas komposisi sampai di DKI Jakarta 2010 oleh UI mendapatkan, sampah berupa kemasan plastik minuman, memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sedangkan penelitian di TPA Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat menemukan bahwa komposisi sampah terbanyak adalah organik 67%, plasgtik hanya 17%. "Di mana, sampahnya bukan plastik kemasan, melainkan plastik kresek/tidak laku," paparnya.Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Edi Rivai mengatakan, saat ini, plastik sudah menjadi bagian penting dari kehidupan.Dalam rilis kepada media di Jakarta, Senin (18/7/2016) Edi bilang, plastik kemasan memiliki jasa besar dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Karena bisa menjamin keamanan produk yang dikonsumsi masyarakat.
"Ketika berbicara masalah sampah, kemasan plastik dan industri yang menggunakannya seringkali dilihat sebagai kontributor utamanya. Ironisnya, lemahnya pemahaman soal pengelolaan sampah yang utuh justru tidak mendapat porsi pembahasan yang cukup," kata Edi."Kondisi ini memicu lahirnya berbagai kebijakan praktis yang tidak tepat sasaran dan hanya membebani industri dan masyarakat, seperti berupa pungutan, pajak, hingga ide pengenaan cukai, tanpa melihat kejelasan pembenahan pengelolaan sampah nasional secara utuh," lanjut Edi.
Penggunaan Kantong Plastik Bakal Dilarang | goody bag seminar
Soal keputusan penerapan biaya Rp 200 per kantong plastik, selama ini dirasa terlalu murah. Apalagi untuk warga Balikpapan. "Karena mereka pasti lebih memilih membeli plastik dengan harga murah daripada harus ribet," ujarnya.Suryanto juga berharap asosiasi pengusaha ritel dapat konsisten dalam menjalankan plastik berbayar. "Dulu sudah ada keputusan di Makassar kalau pengusaha mengikuti kebijakan wali kota. Kemarin, wali kota memilih harga Rp 1.500 per kantong. Namun kenyataannya harga itu tidak terealisasi," tuturnya.
Plastik berbayar telah dilakukan di sejumlah kota – termasuk Balikpapan – dalam beberapa bulan terakhir. Kini, pemerintah pusat tengah mengevaluasi program untuk mengurangi sampah plastik tersebut.Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Balikpapan Suryanto mengatakan, rencananya Juli ada kebijakan terbaru soal plastik. Selama beberapa bulan diterapkan, belum terlihat efek signifikan dampak kebijakan tersebut.
Menurut Suryanto, akan lebih baik jika penggunaan plastik dilarang penuh di seluruh pusat perbelanjaan. Mulai dari supermarket, warung, hingga pasar tradisional. "Jadi biar semua orang bawa tas masing-masing dari rumah," katanya."Saya minta tolong masyarakat untuk mau berhenti menggunakan plastik. Gerakan ini tidak bisa berjalan jika tak ada dukungan dari warga yang belum menyadari bagaimana bahayanya plastik nantinya," imbuhnya.
Botol Plastik Kena Cukai Bakal Picu Minuman Impor Marak | goody bag seminar
Saat ini, kata Fajar, sektor industri minuman masih memerlukan kemasan yang spesifik, murah dan tahan lama. Ini karena karakteristik Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan belum mempunyai sistem distribusi yang efisien.Kemasan plastik dibutuhkan karena ringan dan ekonomis serta sifat oxygen dan gas barrier yang bagus, membuat produk makanan dan minuman bisa disimpan dalam jangka panjang sehingga bisa dinikmati seluruh penduduk Indonesia dalam kondisi yang baik dan layak konsumsi,” dia menjelaskan.
Fajar juga menambahkan, konsumsi plastik di Indonesia saat ini masih rendah sehingga plastik bekas pakai dapat didaur ulang menjadi produk sejenis atau produk lain untuk kebutuhan dalam negeri. Plastik bekas pakai juga dapat diubah menjadi sumber energi seperti listrik dan bahan bakar minyak (BBM).“Hingga saat ini belum ada material lain pengganti plastik yang lebih ramah lingkungan dari segi penggunaan energi, emisi karbon, pengangkutan, penghematan sumber daya alam dan keragaman pemakaian,” tegas dia.
Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyayangkan rencana Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang akan mengenakan cukai pada botol plastik. Kebijakan ini dikhawatirkan akan memicu peningkatan impor produk minuman dari negara lain.Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar AD Budiyono mengatakan, pengenaan cukai akan meningkatkan biaya produksi industri di dalam negeri. Akibatnya, impor produk minuman akan meningkat karena produk industri lokal kalah bersaing dengan produk luar.
“Minuman berkemasan plastik impor akan membanjiri pasar domestik. Mereka tidak kena cukai tapi memberikan sampah plastik ke Indonesia,” ujar dia di Jakarta, Senin (18/4/2016).Selain itu menurut dia, Undang-Undang Cukai menyatakan, cukai akan dikenakan pada barang-barang yang dinilai perlu dikendalikan penyebarannya karena sebab-sebab tertentu yang dapat merugikan masyarakat, seperti rokok, alkohol, dan barang mewah.“Seluruh barang tersebut perlu dikendalikan peredarannya karena alasan melindungi kesehatan dan mencegah kesenjangan sosial. Berbeda dengan plastik yang setelah dipakai masih dapat didaur ulang dan dipakai kembali,” lanjut dia.
goody bag seminar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar