Selasa, 11 Juli 2017

Buat Ganti Kantong Plastik, di Samarinda Bakal Disiapkan Kantong Berbahan Singkong

Menggunakan tote bag juga bisa membantu mengurangi penggunaan kantong plastik | souvenitr tas

souvenir tas

Jika tidak segera ditekan, usia tempat pembuangan akhir (TPA) Sambutan bisa semakin pendek. Sementara ini, TPA Sambutan mampu menampung sampah hingga 10 tahun.“Ini program percepatan dari pemkot untuk menekan produksi sampah plastik. Proyek kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan pengusaha untuk menekan sampah plastik,” papar dia.Sekali lagi dia menegaskan, warga Samarinda tidak perlu khawatir.Program tersebut tidak akan membebani konsumen. Pengusaha dan pedagang tetap menanggung biaya kantong plastik ramah lingkungan tersebut.

 “Tidak ada, meski Rp 200, tidak boleh dibebankan ke konsumen,” tandasnya.Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sedang menggarap program diet plastik kepada 17 kabupaten/kota di Tanah Air. Para konsumen bakal dikenakan biaya atas penggunaan kantong plastik.
Meski tidak termasuk sebagai salah satu daerah yang dimaksud, Pemkot Samarinda bertekad tetap melaksanakan program diet kantong plastik. Lewat peraturan kepala daerah (perkada), program itu dipastikan berlangsung, tahun ini. Bedanya dengan aturan kementerian, konsumen kantong plastik di Samarinda tidak dikenai biaya.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Samarinda Dadang Airlangga mengatakan, program itu menyasar agar konsumen beralih menggunakan pengguna plastik ramah lingkungan berbahan dasar singkong. Menggandeng pihak swasta, kantong itu diwajibkan bagi pengusaha retail, asongan, pasar tradisional, hingga pasar modern.“Hanya perlu 2 minggu, sudah bisa terurai sempurna dan tidak mencemari lingkungan. Sungai aman dan ikan tidak mati. Beda dengan kantong plastik ramah lingkungan yang perlu waktu lebih 4 bulan baru bisa terurai,” ungkap Dadang kepada Kaltim Post.Dikatakannya, produksi sampah plastik di Samarinda masih sangat tinggi. Setiap hari, jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 25 ton.

Plastik yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan | souvenir tas

Bahan baku plastik konvensional yang selama ini kita pakai berasal dari produk turunan minyak bumi yang memilki kekurangan sebagai energi tiddak terbarukan yang tidak ramah lingkungan. Salah satu hasil pengeboran minyak bumi adalah monomer dan jika melalui proses pemanasan langsung akan berubah menjadi polimer sebagai bahan baku utama untuk membuat plastik.Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai persoalan lingkungan, yaitu tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanah.

Sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik berasal dari minyak bumi, yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui. Seiring dengan persoalan ini, maka penelitian bahan kemasan diarahkan pada bahan-bahan organik, yang dapat dihancurkan secara alami mudah diperoleh.

Ir. Toto Hadi Prayitno, seorang pakar plastik kemasan lulusan Analis Kimia ITB mengatakan penggunaan plastik dalam berbagai aspek kehidupan tak bisa dihindari. Bahkan penggunaannya terus meningkat. “Sampah plastik rata-rata memiliki porsi sekitar 10 % dari total volume sampah. Dari jumlah itu, sangat sedikit yang dapat didaur ulang,” Jelas Toto ketika ditemui di rumahnya, kawasan Grand Wisata Bekasi.

Kemenperin Dorong Produksi Plastik Urai Naik 5 Persen | souvenir tas

“Kalau bisa, dalam waktu dua tahun ini, produknya 10 kali lipat makin banyak. Jadi, tidak hanya menggantikan untuk shopping bag tetapi juga packaging secara keseluruhan, dan tidak hanya di pasar modern tetapi juga tradisional,” papar AirlanggaPemerintah menyadari sulitnya menghapus penggunaan produk plastik secara keseluruhan. Ketimbang itu, pemakaian ulang plastik (reuse), pengurangan pemakaian plastik (reduce), daur ulang sampah plastik (recycle), serta pengembalian ke alam (return) melalui penguraian alami (biodegradable) menjadi hal yang paling memungkinkan.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan supaya penggunaan non-plastik ini bisa dipergunakan lebih luas.“Karena ini berkaitan dengan masalah lingkungan. Sebagian besar sumber sampah plastik itu berasal dari botol PET, kemasan flexible, dan kantong belanja plastik. Hingga akhir tahun 2016 lalu, Indonesia tercatat sebagai kontributor sampah plastik di laut urutan kedua terbesar di dunia,” kata dia.

Indonesia, sambung dia sedang bekerja keras memerangi sampah plastik. Dia pun memberikan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk ramah lingkungan serta meningkatkan penggunaan konten lokal.  Presiden Direktur PT Inter Aneka Lestari Kimia, Herman Moeliana menyatakan, pihaknya berharap pemerintah segera memberikan payung hukum yang jelas menyangkut penggunaan produk kemasan ramah lingkungan berbahan nabati sebagai alternatif pengganti produk kemasan plastik konvensional.

Konsumsi plastik di Indonesia mencapai lima juta ton per tahun, dan baru 50 persen yang bisa dipenuhi dari industri dalam negeri. Karena itu, Kementerian Perindustrian menargetkan sekaligus mendorong produksi plastik, terlebih plastik urai alami meningkat lima persen dari jumlah kapasitas nasional saat ini sebesar 200 ribu ton per tahun. Berbeda dengan plastik konvensional, produksi plastik urai alami atau biodegradable plastic tidak memakai polyethylene ataupun polypropylene, namun menggunakan bahan dasar nabati, antara lain singkong, sehingga ramah lingkungan.

“Kami mendukung pabrik ini agar terus ekspansi dan mengembangkan teknologinya. Bahkan, potensi investasinya masih cukup besar,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat mengunjungi PT Inter Aneka Lestari Kimia dan PT Harapan Interaksi Swadaya di Tangerang, Banten, Senin (8/5/2017).Dalam siaran pers di Jakarta, Airlangga mengatakan industri makanan dan minuman menjadi salah satu yang banyak menyerap produksi plastik untuk pengemasan produknya. Ini karena sifat plastik yang lebih ringan, fleksibel, dan murah dibandingkan dari material kaca dan logam.

Souvenir tas 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar