Rabu, 12 Juli 2017

Pasar Tradisional Masih Terbanyak Serap Kantung Plastik Tak Ramah Lingkungan

kantung plastik tak ramah lingkungan ketimbang pasar modern | spunbond bag
spunbond bag

Hengky mengatakan hal terpenting juga yang menjadi perhatian SJP adalah mendekatkan selisih harga antara produk kantung plastik ramah lingkungan dengan produk kantung plastik yang tidak ramah lingkungan. Ia memberi contoh pada produk SJP bermerek IDOLA+. Menurut Hengky, produk jadi selembar kantung plastik itu ada di kisaran harga Rp 30 - Rp 40.Saat ini, kata Hengky, pihaknya memproduksi kantung plastik oxo-biodegradable. Kantung plastik dengan kualifikasi itu bisa terurai dalam waktu 28 bulan. "Sinar  matahari dan oksigen bisa mempercepat kantung plastik jenis ini terurai," kata pria berkacamata tersebut.

Catatan SJP terkini menunjukkan menyambut Idul Adha tahun ini, perusahaan yang memunyai empat pabrik seluruhnya di Kota Magelang, Jawa Tengah itu, menggelar kegiatan bertajuk Tebar Plastik Qurban seperti setahun silam. Pada 2014 lalu, program ini menyentuh 500 masjid di Jawa. Total ada 500.000 lembar kantung plastik untuk pembungkus daging kurban disebar SJP.Tahun ini, terang Hengky, pihaknya melalui program tersebut menjangkau 600 masjid di Jawa. Program itu termasuk meningkatkan dukungan 30.000 lembar kantung plastik untuk kemasan daging kurban di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Dalam kesempatan peluncuran program itu, hadir Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal H. Mubarok.Hingga kini, pasar tradisional masih menjadi yang terbanyak menyerap kantung plastik tak ramah lingkungan ketimbang pasar modern. Kenyataan ini menjadi celah yang bisa dimanfaatkan produsen kantung plastik untuk menyediakan produk ramah lingkungan. Menurut CEO Sinar Joyoboyo Plastik (SJP) Hengky Sidharta, kantung plastik ramah lingkungan juga harus higienis dan mudah terurai. "Kami mengupayakan terus-menerus memperbaiki teknologinya," tutur Hengky pada Selasa (22/9/2015).

Catatan dari laman Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup di alamat menlh.go.id menunjukkan sampah plastik merupakan persoalan besar yang perlu ditangani secara serius implementasi kebijakan dan strategi nasionalnya. Jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia telah mencapai 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per  tahun. Tantangan terbesar pengelolaan sampah adalah penanganan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan.

Lima Mahasiswa UGM Kembangkan Bioplastik Biji Durian | spunbond bag

Dia mengatakan biji durian dipilih sebagai bahan untuk pembuatan plastik karena memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Sementara pati berfungsi sebagai pengisi pada campuran agar kerapatan bioplastik menjadi tinggi sehingga meningkatkan kuat tarik plastik."Kandungan pati biji durian termasuk tinggi dengan kadar hampir 50 persen dari beratnya. Lebih tinggi dari kandungan pati dalam singkong yang berkisar 20 persen," kata dia.

Biji durian tidak hanya memiliki kadar pati yang tinggi. Pemanfaatan biji durian sebagai bahan bioplastik juga mampu menekan keberadaan limbah biji durian. Pasalnya, hingga kini belum banyak masyarakat yang memanfaatkan limbah biji durian ini dan hanya dibuang begitu saja."Dengan memanfaatkan limbah biji durian ini dapat menekan biaya produksi pembuatan bioplastik," kata dia.

Lima mahasiswa Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan bioplastik biji durian atau kantong plastik dengan bahan baku biji durian.Tim pengembang bioplastik biji durian itu terdiri dari Fajar Bayu Prakoso sebagai ketua dengan anggota Andika Cahya Widyananda, Annisa Fakhriyah Rofi, Dyah Ayu Permatasari Tedjo Pradipto, dan Adiyat."Kami berupaya membuat plastik yang bersifat mudah terurai dengan memanfaatkan biji durian sebagai bahan pembuat plastik," kata Fajar di Yogyakarta, Jumat (11/3).

Menurut dia, pengembangan bioplastik tersebut berawal dari keprihatinan terhadap penggunaan kantong plastik yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Di sisi lain, fasilitas dan sistem pengelolaan sampah di Indonesia masih sangat kurang, sehingga banyak tumpukan sampah di berbagai tempat."Bahkan sebagian besar plastik yang digunakan masyarakat terbuat dari bahan yang sulit terurai, sehingga menimbulkan persoalan lingkungan," kata dia.

Limbah Plastik Bernilai Ekonomis Tinggi | spunbond bag

Dia menganggap, perlunya pemerintah lebih tegas lagi mengeluarkan kebijakan pengolahan sampah, terutama untuk memilah-milah sampah plastik, kaca, kertas, dan organik. Sepanjang hal itu belum dilaksanakan, maka akan banyak limbah plastik tersebut yang terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta tempat lain.Edi mengatakan, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah, terutama limbah plastik, bahkan kalau perlu mengumpulkan limbah plastik untuk kemudian diserahkan kepada pemulung, sudah sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri daur ulang.

Dia menambahkan, limbah plastik di Indonesia banyak di daur ulang menjadi benang, dakron, strip ban, kantong plastik, bahkan berkerja sama dengan ITB, berencana memanfaatkan limbah plastik sebagai campuran aspal.Limbah plastik di Indonesia, seharusnya memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun, selama ini terkendala kepada pengelolaannya.

Wakil Ketua The Indonesian Olefin and Plastic Industry Association (INAPLAS), Edi Rivai mengatakan hal itu, seperti dkutip dari keterangannya, Jumat 28 April 2017. "Saat ini, sudah banyak industri daur ulang limbah plastik di kota-kota besar di Indonesia. Hanya saja, selama ini terkendala pada pasokan bahan baku berupa limbah plastik," kata dia.

Edi dalam seminar bertajuk "Pengenalan, Pemanfaatan, dan Pengelolaan Plastik, Aman untuk Makanan, Minuman, Lingkungan" kerja sama INAPLAS dan Lions Club International Distric 307 A1, mengatakan, seharusnya kalau melihat output produk plastik di Indonesia, perusahaan daur ulang ini tidak terkendala untuk pasokan bahan baku limbah. Dengan demikian, pasti ada yang terbuang dalam proses perjalanannya.

Spunbond bag 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar