Kebijakan penggunaan kantong plastik berbayar mendapat sambutan positif | Spunbond bags
Bahan tersebut jika terkontaminasi langsung dengan makanan maka akan membahayakan kesehatan tubuh."Kami pakai bahan plastik murni, bukan daur ulang. Bahan plastik ini sama dengan bahan plastik pada umumnya, hanya saja kami menambah bahan tertentu yang menggunakan teknologi dari Kanada, ini yang membuat plastik aman untuk lingkungan," jelas pria 31 tahun itu.Lebih lanjut, beberapa keunggulan plastik go green ini adalah bisa terurai dalam tanah antara 24 - 36 bulan saja. Plastik ini juga lebih kuat dan aman untuk wadah makanan.
Sejauh ini plastik go green tersebut masih dipasarkan di kalangan pengusaha pasar moderen di seluruh Indonesia. Ia mengakui plastik jenis ini lebih mahal dibanding harga plastik pada umumnya.
"Kami berharap dengan kebijakan plastik berbayar jadi lebih banyak lagi produsen plastik sehat dan berkualitas, dan bisa dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarat, sampai ke pedagang-pedagang kecil di pasar tradisional," ujarnya.Meski tidak mudah, pihaknya optimistis bahwa kebijakan ini akan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Apalagi konsumsi plastik di Indonesia masih tergolong sangat besar dibanding negara-negara lainnya.
Menurut dia, masyarakat pun perlu lebih teliti menggunakan kantong plastik agar tidak membahayakann kesehatan dan alam.Hengky berbagi tips ciri kantong plastik sehat dan berkualitas bisa diketahui dengan cara 3D, yakni diraba, dicium, dan diterawang.Hengky memaparkan, plastik jika diraba terasa kasar dan diterawang ada bintik-bintik maka bisa mengandung pasir besi. Lalu jika plastik dicium berbau menyengat atau wangi maka plastk itu ditambah dengan bahan tambahan atau bahan daur ulang limbah rumah sakit, bungkus sabun dan sebagainya.
Kebijakan penggunaan kantong plastik berbayar mendapat sambutan positif dari produsen plastik di Magelang, Jawa Tengah.Kebijakan tersebut dinilai menjadi motivasi mereka untuk berinovasi mengembangkan kantong plastik ramah lingkungan.Salah satunya, produsen plastik Sinar Joyoboyo Magelang yang sudah memproduksi kantong plastik berbasis lingkungan. Bahkan konsep tersebut sudah dipakai jauh sebelum kebijakan kantong plastik berbayar oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) awal 2016 ini.
Hengky Sidharta, CEO Sinar Joyoboyo Plastik, menjelaskan kantong plastik "go green" yang sudah diproduksi sejak dua tahun lalu itu mengadopsi kantong plastik serupa yang sudah banyak dipakai oleh masyarakat di luar negeri."Di luar negeri, tren memakai kantong ramah lingkungan sudah berlaku sejak lama. Maka kami juga harus mengembangkan sesegera mungkin di Indonesia. Setidaknya untuk mengurangi dampak sampah plastik," kata Hengky ditemui di kantornya, Rabu (24/2/2016).Dia mengemukakan, dampak sampah plastik memang buruk bagi alam lingkungan dan kesehatan manusia. Sebab hampir semua bahan-bahan plastik terbuat dari bahan kimia atau bahkan limbah daur ulang.
Mahasiswa Ciptakan Plastik Ramah Lingkungan dari Kulit Pisang | Spunbond bags
Selain menggunakan pati pisang, sekelompok mahasiswa Malang itu juga menambahkan co-enzim biotin. “Biotin merupakan vitamin yang larut dalam air. Penambahan ini dimaksudkan untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme, sehingga jumlah bakteri meningkat dan ini akan lebih efektif saat mengurai limbah plastik,” tutup Rizki.
Kreasi unik ini merupakan penelitian dari lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UB, Malang, Jawa Timur. Mereka adalah Rizki Septian Candra, Himawan Auladana, Sellyan Lorenza Orlanda Putri, Abis Rinaldi dan Neno Retnowati.kantung plastik ketika belanja, botol air mineral, atau bungkus cemilan. Namun seperti yang kita tahu, sampah plastik tidak mudah diurai. Hal ini sangat berkaitan dengan kerusakan lingkungan.
Inilah yang membawa sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan Bioplastik Kulit Pisang (Biokuping) atau plastik berbahan dasar kulit pisang nangka yang ramah lingkungan.Plastik menjadi suatu bagian dalam keseharian kita seperti penggunaan Salah satu mahasiswa yang menggagas ide ini, Rizki Septian Candra mengatakan, ide menggunakan kulit pisang terlintas ketika melihat banyaknya limbah kulit pisang, khususnya pisang nangka yang tak dimanfaatkan.
“Limbah kulit pisang nangka kurang dimanfaatkan dengan baik dan kebanyakan dijadikan makanan ternak. Padahal, kulit pisang nangka memiliki kandungan pati yang cocok digunakan untuk pembuatan bioplastik dan tergolong limbah organik yang mudah terurai,” jelasnya seperti dilansir dari laman UB, Kamis (1/6/2017).Pengurai biokuping nantinya melibatkan bakteri tertentu penghasil senyawa yang mudah diserap tanaman. Berdasarkan penelitian, bakteri ini juga membantu dekomposisi dan mengurai residu pestisida di dalam tanah.
Mahasiswa FTP UB Ciptakan Alat Pengawet Bahan Makanan hingga Bioplastik | Spunbond bags
Yudistira menyebutkan, alat yang diciptakan ini memiliki beberapa bagian utama, yakni bagian pendingin dan saringan berisi gel dari alga Chlorella Sp. “Alga tersebut kami bentuk menjadi gel dan dimasukkan dalam penyaring. Fungsinya mengubah karbon dioksida menjadi oksigen sehingga ramah lingkungan,” ungkapnya.Alat ini sudah beberapa kali diuji coba danhasilnya sangat bagus. Karbon dioksida yang dihasilkan mesin kendaraan bermotor, mampu ditekan hingga lebih dari 50%. Selain itu, penggunaannya sangat mudah.
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang, mampu membangun inovasi teknologi tepat guna yang sangat ramah lingkungan. Berbagai produk tersebut, dipamerkan secara terbuka di ajang 1st Young Scientist International in University of Brawijaya, Kamis (13/7/2017) di Kampus UB Malang.Salah satu temuan mahasiswa yang menarik dalam pameran tersebut adalah alat penyaring karbon dioksida dari hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor menjadi oksigen. Alat ini diberi nama Conventer in The Exhaust of Carbon Dioxide Into Oxigen (COTREX C. D. I. O).
Salah seorang mahasiswa pencipta COTREX C. D. I. O, I Putu Yudistira menyebutkan, selama ini asap kendaraan bermotor selalu menjadi masalah karena mencemari lingkungan dengan karbon dioksida. “Bahkan, karbon dioksida ini juga memicu terjadinya pemanasan global dan berdampak kepada perubahan iklim,” paparnya.Penggunaan kendaraan bermotor juga sangat sulit dikendalikan karena sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat. Berangkat dari persoalan tersebut, Yudistira bersama teman satu kelompoknya, yaitu Umaina, Diniyah, dan I Putu Indra, menciptakan alat yang mampu mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.
Temuan lainnya adalah Biokuping, yakni produk plastik berbahan dasar limbah kulit pisang yang sangat ramah lingkungan. “Biokuping artinya Bioplastik Kulit Pisang,” ujar Sellyan Lorenza, anggota kelompok mahasiswa FTP UB yang menciptakan Bioplastik.Dia bersama anggota kelompok lainnya, yakni Anis Shafira Rinaldi, Neno Retnowati Choiriah, Rizki Septian, dan Himawan Aulanda, melakukan berbagai uji coba bahan limbah organik yang cocok untuk bahan pembuatan plastik.Hasilnya ditemukan bahan paling bagus untuk plastik adalah kulit pisang.
Spunbond bags
Tidak ada komentar:
Posting Komentar